Kamis, 14 Januari 2016

Anatomi kulit

Anatomi Kulit
3.5.  Anatomi Kulit

         Gambar 3.3. Struktur Kulit

  1.   Epidermis
Epidermis adalah bagian terluar kulit bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah , dan sel – selnya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal dapat ditemukan di bagian telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan berikut :
a.       Statum basalis.
b.      Stratum spinosum.
c.       Stratum granulosum.
d.      Stratum losidum.
  2.   Dermis
Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran dasar atau lamina. Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat.
a.   Lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast, dan makrofag. Lapisan ini bangyak mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada episermis diatasnya.
b.    Lapisan retikular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tersusundari jaringan ikat ireguler yang rapat, dan serat elastik (Ethel, 2004b).
  3.   Lapisan subkutan atau hipodermis
      Lapisan subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ – organ yang terdapat di bawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam. Bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf (Ethel, 2004b).
  4.   Folikel rambut
       Folikel rambut diabatasi oleh sel epidermis dan di atas dasarnya terdapat papil tempat awal rambut tumbuh (Evelyn, 2011c).


3.6.  Mekanisme Peraba
1.      Informasi propriosepsi dihantarkan ke medula spenalis melalui kolom dorsal dan masuk ke serebelum.
2.         Sebagian berjalan ke laminikulus medial, talamus dan sebagian lagi ke korteks.
3.     Implus berasal dari kumpulan otot berbentuk urat golgi, organ sensorik dalam, dan sekitar sendi.
4.      Neuron dalam korteks sensori berspon terhadap gerakan – gerakan tertentu (Rufaidah, 2007).

3.7.  Mekanisme Nyeri
Nyeri berdasarkan mekanismenya melibatkan persepsi dan respon terhadap nyeri tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu: tranduksi/transduction, transmisi/transmission, modulasi/modulation, dan persepsi/ perception. Keempat proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
           a.       Transduksi/Transduction 
Transduksi adalah proses dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors ) merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan (Rufaidah, 2007)

           b.      Transmisi/ Transmission
Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian  neural  yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan ber- axon  pada  dorsal horn  di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem  contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral  dari thalamus  menuju  cortex serebral (Rufaidah, 2007)

           c.       Modulasi/Modulation
Proses modulasi mengacu kepada aktivitas  neural  dalam upaya mengontrol jalur transmisi  nociceptor tersebut. Proses modulasi melibatkan system neural  yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh system saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari system saraf seperti bagian  cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf  descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor (Rufaidah, 2007)

            d.      Persepsi/ Perception
Persepsi adalah proses yang subjective. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi  cognition  (pengenalan) dan memory (mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan multidimensional (Rufaidah, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar