Kamis, 14 Januari 2016

Anatomi Indra Pengecap

Anatomi Indra Pengecap

3.10.Anatomi Indra Pengecap

                         Gambar 3.5. Struktur Lidah
1.      Papila sirkunvalata
Ada delapan hingga dua belas buah jenis iniyang terletak pada bagian dasar lidah. Papila sirkunvalata adalah jenis papila terbesar, dan masing – masing di kelilingi lekukan. Papila ini tersusun berjajar membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.
2.      Papila fungiformis
Papila fungiformis menyebar pada permukanan ujung dan sisi lidah. Papila ini berbentuk jamur.
3.      Papila filiformis
Papila filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ – organ untuk pengecapan adalah puting – puting pengecap yang sangat banyak terdapat pada dinding papila sirkunfalatata dan papila fungiformis (Evelyn, 2011b).

3.11.Pembagian Indra Perasa Lidah
1.      Substansi manis dirasakan terutama di bagian ujung lidah.
2.      Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah.
3.      Substansi asin dirasakan hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian samping lidah.
4.      Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah (Ethel, 2004a).

1.12.   Mekanisme Mengecap
1.      Substansi dirasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam salvia.
2.      Kuncup pengecap bekerjasama dengan reseptor pada rambut pengecap.
3.      Akan menstimulasi dendrit sensorik yang yang berpilin di sekitar sel – sel sensorik.

4.      Mengakibatkan implus saraf yang kemudian di transmisikan di sepanjang saraf fasialdan saraf glosofaringeal melalui jalur pengecap menuju insula korteks serebelar (Ethel, 2004a).

Anatomi Hidung

Anatomi Hidung

3.8.  Anatomi Hidung

              Gambar 3.4. Struktur Hidung

1.3.1.      Anatomi hidung bagian luar
Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :
1.      pangkal hidung (bridge)
2.      batang hidung (dorsumnasi)
3.      puncak hidung (hip)
4.      ala nasi
5.      kolumeladan
6.      lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan  ikat  dan  beberapa  otot  kecil  yang  berfungsi  untuk  melebarkan  atau  menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :
a.       Rulang hidung (os nasal)
b.      Prosesus frontalisos  maksila  dan
c.    Prosesus    nasalis  os  frontalsedangkan  kerangka  tulang  rawan  terdiri  dari beberapa  pasang  tulang  rawan  yang  terletak  di  bagian  bawah  hidung
1.3.2.      Anatomi hidung bagian dalam
1.      Septum nasi
Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian posterior dibentuk  oleh  lamina  perpendikularis  os  etmoid,  bagian  anterior  oleh  kartilago  septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian posterior dan inferior oleh os  vomer,  krista  maksila  ,  Krista  palatine  serta  krista  sfenoid.
Ada 2 bagian yang membangun septum nasi, yaitu :
a. Bagian anterior septum nasi, yang tersusunoleh tulang rawan yaitu kartilago quadrangularis.
b.    Bagian posterior septum nasi.tersusun oleh lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer.

2.      Dorsum Nasi
Dorsum nasi (batang hidung). Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu :
a.  Bagian kaudal dorsum nasi.
b. Bagian kranial dorsum nasi.

3.      Kavum nasi
Kavum nasi terdiri dari : Dasar hidung, Atap hidung, Dinding Lateral, Konka, Meatus superior, Meatus media, Meatus Inferior (Dhingra, 2007).

4.      Sinus paranasal
Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala  yang berisi udara  yang berkembang  dari  dasar  tengkorak  hingga  bagian  prosesus  alveolaris  dan  bagian  lateralnya berasal  dari  rongga hidung  hingga  bagian  inferomedial  dari  orbita  dan  zygomatikus. Sinus-sinus tersebut terbentuk olehpseudostratified columnar epitheliumyang berhubungan melalui ostium  dengan  lapisan  epitel  dari  rongga  hidung.

5.      Kompleks Ostio Meatal (KOM)
Kompleks  ostiomeatal  (KOM)  adalah  bagian  dari  sinus  etmoid  anterior  yang  berupa celah  pada  dinding  lateral  hidung.  Pada  potongan  koronal  sinus  paranasal  gambaran KOM terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting    yang  membentuk  KOM  adalah  prosesus  unsinatus,  infundibulum  etmoid,  hiatus semilunaris,  bula  etmoid,  agger  nasi  dan  ressus  frontal (Wardani, 2007).

3.9.  Mekanisme Pencium
1.      Bau yang berbentuk gas yang tercampur dalam udara masuk ke dalam rongga hidung sehingga akan merangsang saraf olfaktorius.
2.  Indra bau bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantara stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius.
3.   Pada lobus temporalis di otak besar tempat perasaan itu ditafsirkan (Kesehatan, 2015) .

Anatomi kulit

Anatomi Kulit
3.5.  Anatomi Kulit

         Gambar 3.3. Struktur Kulit

  1.   Epidermis
Epidermis adalah bagian terluar kulit bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah , dan sel – selnya sangat rapat. Bagian epidermis yang paling tebal dapat ditemukan di bagian telapak tangan dan telapak kaki yang mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan berikut :
a.       Statum basalis.
b.      Stratum spinosum.
c.       Stratum granulosum.
d.      Stratum losidum.
  2.   Dermis
Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran dasar atau lamina. Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat.
a.   Lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast, dan makrofag. Lapisan ini bangyak mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada episermis diatasnya.
b.    Lapisan retikular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tersusundari jaringan ikat ireguler yang rapat, dan serat elastik (Ethel, 2004b).
  3.   Lapisan subkutan atau hipodermis
      Lapisan subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ – organ yang terdapat di bawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam. Bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf (Ethel, 2004b).
  4.   Folikel rambut
       Folikel rambut diabatasi oleh sel epidermis dan di atas dasarnya terdapat papil tempat awal rambut tumbuh (Evelyn, 2011c).


3.6.  Mekanisme Peraba
1.      Informasi propriosepsi dihantarkan ke medula spenalis melalui kolom dorsal dan masuk ke serebelum.
2.         Sebagian berjalan ke laminikulus medial, talamus dan sebagian lagi ke korteks.
3.     Implus berasal dari kumpulan otot berbentuk urat golgi, organ sensorik dalam, dan sekitar sendi.
4.      Neuron dalam korteks sensori berspon terhadap gerakan – gerakan tertentu (Rufaidah, 2007).

3.7.  Mekanisme Nyeri
Nyeri berdasarkan mekanismenya melibatkan persepsi dan respon terhadap nyeri tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu: tranduksi/transduction, transmisi/transmission, modulasi/modulation, dan persepsi/ perception. Keempat proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
           a.       Transduksi/Transduction 
Transduksi adalah proses dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors ) merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan (Rufaidah, 2007)

           b.      Transmisi/ Transmission
Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian  neural  yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan ber- axon  pada  dorsal horn  di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem  contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral  dari thalamus  menuju  cortex serebral (Rufaidah, 2007)

           c.       Modulasi/Modulation
Proses modulasi mengacu kepada aktivitas  neural  dalam upaya mengontrol jalur transmisi  nociceptor tersebut. Proses modulasi melibatkan system neural  yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh system saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari system saraf seperti bagian  cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf  descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor (Rufaidah, 2007)

            d.      Persepsi/ Perception
Persepsi adalah proses yang subjective. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi  cognition  (pengenalan) dan memory (mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan multidimensional (Rufaidah, 2007).

Anatomi Telinga

Anatomi Telinga


3.3.  Anatomi Telinga

Gambar 3.2. Struktur Telinga

1.  Telinga luar  terdiri dari pinna atau aurikula yaitu daun kartilago yang menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (meatus), suatu lintasan sempit yang panjangnya 2,1 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani (Ethel, 2004a).
2.      Membran Timpani (gendang telinga) adalah perbatasan telinga tengah.
a.  Membran rimpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan membran mukosa pada permukaan internal.
b. Membran ini memisahkan telinga luar dan telinga tengah, dan memiliki tegangan, ketebalan, ukuran yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis (Ethel, 2004a).
3.      Telinga Tengah terletak di rongga berisi udara dalam petrosus tulang temporal.
a.       Tuba Eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dan faring.
b.  Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani (Ethel, 2004a).
4.      Osikel Auditori dinamakan sesuai bentuknya, terdiri dari maleus (martil), inkus (anvil), dan stapes (sanggurdi). Tulang – tulang ini mengarahkan getaran dari membran timpani ke fanestra vestibuli yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam.
a.       Otot stapedius melekat pada stapes yang ukurannya sesuai dengan fenestra vestibuli oral, dan menariknya ke arah luar. Otot tensor timpani melekat pada bagian pegangan maleus, yang berada pada membran timpani dan menarik fenestra vestibula ke arah dalam.
b.  Bunyi yang keras mengakibatkan suara refleks yang menyebabkan kontraksi kedua otot, yang berfungsi untuk pelindung peredam bunyi (Ethel, 2004a).
5.  Telinga Dalam (Internal) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, disisi medial telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian: labirin tulang dan labirin membranosa di dalam labirin tulang.
a.  Labirin Tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai cairan serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi 3 bagian:
(1) Vestibula  adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran  semisirkular dan koklea.
(a)    Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan fenestra cochleae, yang berhubungan dengan telinga tengah.
(b)   Membran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perilimfe.
(2)   Rongga tulang saluran semisirkular menonjol dari bagian posterior vestibula.
(a)  Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertikal di      setiap sudut kanannya.
(b) Saluran semisirkular lateral terletak horisontal pada sudur kanan Saluran    semisirkular anterior dan posterior.
(3)   Koklea mengandung reseptor pendengar (Ethel, 2004a).

b.  Labirin Membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak dalam labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung  cairan endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular.
(1) Labirin membranosa dalam regia vetibula merupakan lokasi awal dua kantong untrikulus dan sakulus yang dihubungkan dengan duktus endolimfe sampit dan pendek
(2)   Duktus semisirkular yang berisi endolimfe yang terletak dalam saluran semisirkular pada labirin tulang yang mengandung perilimfe.
(3) Setiap duktus semisirkular, utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk  ekuilibrium statis dan ekuilibrium dinamis.
(4)   Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular, sedang sakulus terhubung dengan duktus koklea dalam koklea (Ethel, 2004a).

3.4.  Mekanisme Mendengar
1. Suara ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda – beda.
2.     Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timpani bergetar.
3.  Getaran – getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui maleus yang terkait pada memran timpani.
4.      Karena gerakan – gerakan yang timbul pada tulang ini sendiri, maleus (martil), inkus (anvil), dan stapes (sanggurdi), tulang – tulang itu memperbesar getaran yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibular melalui perilimfa.
5.  Getaran perilimfa dialihkan melalui membran menuju endolimfa dalam saluran koklea, dan rangsangan mencapai akhir – akhir saraf dalam organ corti untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius.

6.  Perassan pendengaran ditafsirkan oleh otak sebagai suara yang enak atau tidak enak, ingar bingar atau musikal (Evelyn, 2011b).